Proses vaksinasi sekaligus penandaan ternak |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) menggelar rapat koordinasi (rakor) terkait kegiatan pelaksanaan vaksin kedua Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dengan seluruh UPTD dan petugas PMK, di aula kantor DKP3 KLU, Kamis (17/11/2022). Dari rakor ini diketahui bahwa realisasi vaksinasi PMK di KLU telah mencapai 43,35 persen atau sebanyak 41.564 ekor ternak.
Kepala DKP3 KLU Tresnahadi mengatakan, rakor ini dilakukan untuk mengetahui realisasi vaksinasi PMK di tiap kecamatan. Data terbaru per 15 November, realisasi vaksinasi PMK dosis pertama sebanyak 41.564 ekor dan dosis kedua sebanyak 15.157 ekor.
"Untuk vaksinasi PMK ini, satu ekor ternak divaksin sebanyak dua kali," ujarnya.
Dikatakannya, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) menerima vaksin PMK dari Pemprov NTB sebanyak 78.195 dosis. Hingga saat ini tercatat sebanyak 67.895 dosis sudah terdistribusi. Sedangkan sisa stoknya tersedia sebanyak 10.300 dosis.
Berbicara realisasi vaksinasi PMK per kecamatan, tertinggi di Kecamatan Kayangan sebanyak 12.232 dosis. Disusul Kecamatan Bayan sebanyak 12.164 dosis, Kecamatan Gangga sebanyak 8.846 dosis, Kecamatan Tanjung sebanyak 5.836 dosis, dan Kecamatan Pemenang sebanyak 2.486 dosis.
"Jadi vaksin ini telah kami distribusikan sebanyak 67.895 dosis," sambungnya.
Kepala DKP3 KLU Tresnahadi saat membuka rakor |
Sedangkan untuk vaksinasi PMK dosis kedua, tertinggi di Kecamatan Bayan sebanyak 5.213 dosis. Disusul Kecamatan Gangga sebanyak 3.967 dosis, Kecamatan Tanjung sebanyak 3.523 dosis, Kecamatan Pemenang sebanyak 1.762 dosis, dan Kecamatan Kayangan 1.052 dosis.
Mantan kepala Bagian Pemerintahan Setda KLU ini mengatakan, target realisasi vaksinasi PMK di KLU sebesar 80 persen dari jumlah populasi ternak sebanyak 95.873 ekor. Tresnahadi optimis target ini bisa terwujud lantaran realisasi saat ini sudah mencapai setengah dari populasi tersebut.
"Target sebesar 80 persen ini tidak mesti selesai tahun ini, tetapi tahun berikutnya pun masih bisa dilakukan vaksinasi," jelasnya.
Kendati demikian, dirinya tidak menampik jika masih ditemukan sejumlah kendala. Salah satunya yakni penolakan dari masyarakat karena khawatir berdampak pada kesehatan ternak. Seperti insiden yang terjadi di Bayan, Tresnahadi mengatakan itu bukanlah akibat vaksinasi PMK. Hasil uji laboratorium menyatakan kematian ternak tersebut disebabkan oleh cacing, bukan efek vaksin.
Peserta rakor |
"Memang ada efek setelah divaksin seperti bengkak pada area yang disuntik dan gejala meriang, tapi itu tidak lama kurang lebih dua hari," terangnya.
Sementara untuk insiden kematian ternak lainnya seperti keluar darah pada anus dan bisa di mulut, masih ditelusuri. Pihaknya telah mengajukan penelitian di laboratorium mengenai ini, dan belum bisa disampaikan detail penyebabnya.
"Kami telah mengutus dokter H Akbar dan saat ini sedang dirakorkan di Provinsi, untuk hasilnya kami belum bisa sampaikan," bebernya.
"Selama kegiatan vaksin PMK dilaksanakan, belum ditemukan efek vaksin hingga mengakibatkan kematian pada ternak," imbuh mantan Plt Kadis Dukcapil KLU ini.
Lebih lanjut, masuknya musim penghujan saat ini juga menjadi kendala lain dalam mewujudkan realisasi vaksinasi PMK. Ketika tim vaksinasi diterjunkan ke lapangan, karena kondisi hujan terkadang peternak maupun ternak yang akan divaksin justru tidak ditemukan di tempat.
"Saat ini kami akan fokus pada vaksinasi tahap dua, ini kami lakukan untuk mempercepat capaian target sebesar 80 persen," pungkasnya. (sat)
0 Komentar