Ruas jalan tani yang amblas tersapu air bah di sungai Meninting, Desa Mambalan |
Lombok Barat, suarabumigora.com - Rabu (12/10/2022) siang sekitar pukul 13.00 WITA, air bah kembali menggerus sempadan sungai Meninting. Air bah tersebut menggerus amblas jalan tani yang berada di Desa Mambalan, tepatnya jalan tani penghubung antara Dusun Buwuh dengan Dusun Mambalan. Abrasi yang kerap terjadi tersebut diduga akibat hujan yang mengguyur aktif selama beberapa hari terakhir. Sebelumnya, air bah juga terjadi di aliran sungai Meninting dan mengakibatkan terendamnya beberapa permukiman warga.
Menurut saksi mata, Bambang Aryadi, yang merupakan warga setempat, kejadian amblasnya jalan tani tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WITA.
"Beberapa hari lalu rumah kami terendam juga akibat air bah ini, lalu sekarang jalan tani ini yang ambruk," ujar Bambang.
Menurut Bambang dan warga lainnya, air bah memang kerap melanda wilayah tempat tinggal mereka akhir-akhir ini. Beberapa kerugian materil juga dirasakan warga seperti tersapunya tanaman-tanaman petani di sawah, hanyutnya ikan-ikan peliharaan warga yang meluap akibat tersapu air bah, dan berbagai kerugian materil lainnya.
"Beberapa bulan terakhir ini memang sering terjadi, kalau dulu air bah tetap terjadi tapi akibatnya tidak seperti ini," urainya.
Menegaskan hal tersebut, Kepala Desa Mambalan Sayyid Abdollah Alkaff menduga, dampak yang dirasakan warganya akibat adanya proyek pembangunan Bendungan Meninting. Kendati demikian, menurutnya, ia menyadari dampak positif yang akan dihasilkan dari pembangunan Bendungan Meninting.
Kades Mambalan Sayyid Abdollah Alkaff saat meninjau lokasi ruas jalan yang tergerus air bah |
"Meski lokasinya di atas kepala kami, kami mendukung pembangunan Bendungan Meninting. Kami paham segala dampak positif yang akan dihasilkan pembangunan ini. Hanya saja, keberadaan Mega Proyek ini membuat kami yang berada di desa penyangga menjadi resah," jelas mantan jurnalis senior itu.
Sama seperti Bambang, Apink (sapaan akrab Sayyid Abdollah Alkaff) menyatakan berbagai kerugian telah dirasakan warganya. Hingga saat ini luapan air bah sungai Meninting telah tiga kali merendam permukiman warga terutama di Dusun Buwuh. Ada lahan pertanian yang terendam, ada juga peternakan ikan yang tergerus luapan, meski lokasinya cukup jauh dari sempadan sungai.
"Sawah-sawah petani kami jadi rata, ikan-ikan di peternakan ikan Koi jadi hanyut terbawa arus, padahal lokasinya cukup jauh dari sempadan sungai. Masih banyak kerugian materil lain yang dirasakan warga kami," terang Apink.
"Dan kini ruas jalan tani kami yang ikut ambles," tambahnya.
Pendiri Komunitas Pawang Rinjani dan Matakali itu lantas dengan tegas meminta respons cepat dari Dinas PUPR NTB, kendati sebelumnya Dinas PUPR NTB sudah merespons hal tersebut, menurut Apink responsnya dirasa masih minim.
"Sebelumnya memang Dinas PUPR NTB sudah merespons tapi masih minim," jelasnya.
Belum lama ini, Balai Wilayah Sungai (BWS) juga telah melakukan peninjauan langsung ke beberapa lokasi rawan abrasi. Menurut Apink, pihak BWS menjanjikan akan membangun beronjong di beberapa titik rawan untuk menahan laju abrasi ekstrim. Kendati demikian, hingga saat ini belum terealisasi.
"Beberapa waktu lalu tim dari BWS turun, dan menjanjikan akan dibangun beronjong, tapi memang hingga saat ini belum ada," katanya.
Ia meminta agar BWS atau pihak Dinas PUPR NTB segera bertindak, lantaran kondisi DAS sungai Meninting khususnya di lokasi Dusun Buwuh dan Dusun Mambalan cukup mengkhawatirkan.
"Makin lama direalisasikan, makin banyak titik-titik yang tergerus, sehingga makin parah kondisi di sini, kami harap pihak BWS dan PUPR NTB segera mengatensi kami," tegas Apink. (sat)
0 Komentar