Petani udang Vanamei, sedang memperlihatkan udang di kolam bundar |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Program Budidaya Udang Vanamei dengan sistem kolam bundar dinilai sukses memberikan nilai tambah di sektor ekonomi perikanan di Kabupaten Lombok Utara (KLU). Saat ini ada sekitar 500 petani perempuan yang tergabung dalam 13 kelompok di KLU tengah sibuk mengelola sekitar 266 kolam budidaya udang tersebut. Selain dari upaya Pemda dan masyarakat setempat, keberhasilan budidaya ini tak lepas dari peran UD MSA yang disebut-sebut menjadi ibu angkat dari para kelompok petani udang Vanamei.
Bagaimana tidak, sejak 2019 lalu UD MSA rutin mendampingi kelompok petani udang tersebut. Bahkan mulai dari menyiapkan modal awal, pembelian bibit, pendampingan proses pembudidayaan, pemberian pakan, hingga penjualan hasil panen petani.
"Kami dari 2019 rutin mendampingi kelompok kolam bundar, mulai dari modal awal dulu kami siapkan, benurnya, pakannya, edukasi petani, hingga menjualkan hasil panen mereka." ujar Direktur UD MSA Aryani Rahmawati saat ditemui media, Senin (29/11/2021).
Menurutnya, tidak selamanya petani bisa bergantung pada UD MSA. Sehingga selain permodalan, mesti ada transfer ilmu dan wawasan kepada petani guna mencetak petani-petani budidaya udang yang mandiri. Diharapkan, petani-petani itu nantinya dapat membuat kolam-kolam budidayanya sendiri.
"Tidak selamanya petani bisa bergantung pada perusahaan kecil (UD MSA) kami, itu sebabnya kita melakukan transfer ilmu, sehingga mereka bisa mandiri. Ke depan mereka bisa membuat kolam-kolam bundar atau bahkan tambak mereka sendiri," ujar wanita muda penyandang gelar Magister Ilmu Perikanan tersebut.
Direktur UD MSA Aryani Rahmawati |
Rencana besarnya, ia akan membangun pusat pelatihan (training center) di lokasi tambak UD MSA, hal ini diperuntukan bagi para kelompok wanita petani udang Vanamei di Lombok Utara. Ia akan melatih lima orang dari setiap kelompok sebagai orang-orang yang memiliki keahlian teknis di bidang budidaya udang Vanamei. Saat ini, pusat pelatihan tersebut sedang dalam masa pembangunan.
"Kelompok ini banyak, kalau saya datangi satu per satu nanti kurang efisien, sehingga saya buatkan saja tempat di tambak kita, nanti kawan-kawan petani bisa belajar di sana," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) KLU Tresnahadi, menyatakan peran dari UD MSA sendiri juga diakui membantu para petani. Ia menyebutkan, UD MSA membantu petani dalam berbagai hal mulai dari pemberian pinjaman untuk benur udang, pakan, hingga penjualan hasil panen petani.
"Pemda memberikan infrastruktur seperti kolam bundar dan lainnya, untuk benur petani bisa swadaya dan bisa berhutang ke UD MSA yang sudah mendampingi para petani kita sejak 2019, mereka (UD MSA) juga banyak memberikan support kepada petani-petani kita," ujar Tresna, usai acara Pelepasan Benur Udang Vanamei di lokasi budidaya yang dikelola kelompok Lempenge, beberapa waktu lalu.
Tidak hanya itu, tambah Tresna, para petani dan UD MSA juga tengah mengatur sistem penebaran bibit berkala (tidak serentak) antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, sehingga panennya pun tidak serentak. Hal tersebut dilakukan guna menjaga ambang batas produksi sehingga tidak menjadi surplus produksi yang akan mengakibatkan harga menjadi anjlok.
"Petani kita dengan UD MSA sudah sepakat menggunakan sistem pembibitan hingga panen tidak serentak, guna menjaga batas produksi agar tidak surplus, itu dimaksudkan untuk menjaga harga tidak anjlok," tambah Tresna.
Aryani kembali menambahkan, pihaknya (UD MSA) juga membantu para kelompok petani mengelola keuangan. Membantu mereka agar hutang petani cepat lunas hingga penyisihan keuntungan untuk permodalan siklus selanjutnya. Menurutnya, rata-rata per kelompok bisa berhutang sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per siklus.
"Mereka rata-rata punya hutang Rp 20-30 juta per siklus. Nah dari hasil panen mereka, selain untuk membayar hutang mereka, saya sisihkan sebagian sebagai simpanan modal untuk mereka di siklus berikutnya. Jadi, satu kelompok kadang bisa kita sisihkan sampai Rp 70 juta sebagai modal segar selanjutnya," tutup Aryani. (sat)
0 Komentar