Penyerahan Kapak Rimba, oleh Pembina Pawang Rinjani Djohan Sjamsu, kepada Ketua Pawang Rinjani |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Kamis (28/10/2021) malam, puluhan rimbawan, dan para aktivis lingkungan berkumpul memperingati tujuh tahun usia Pawang Rinjani berkarya. Peringatan tersebut, diisi dengan diskusi refleksi dan perencanaan ke depan menyikapi keberlanjutan air, pohon dan oksigen di Lombok Utara. Acara tersebut juga merupakan transisi kepenguruasan Pawang Rinjani, pelantikan ketua baru dari yang sebelumnya dinakhodai Dedy Pramoehardi kini menjadi tanggung jawab Juanka Juliantrop untuk periode kepengurusan 2021-2025.
Hadir menyerahkan Kapak Rimba kepada ketua baru, Pembina Pawang Rinjani Djohan Sjamsu memberikan pujian haru kepada komunitas tersebut. Memberikan nasihat di panggung alam, Djohan mengingatkan beberapa kenangan mengenai langkah awal berdirinya Pawang Rinjani. Hingga menginjak usia yang ke tujuh. Menurutnya, eksistensi Pawang Rinjani telah terbukti.
"Tujuh tahun, adalah pembuktian bahwa kalian (Pawang Rinjani) sudah benar-benar teruji," ucap Djohan haru.
Foto bersama usai pelantikan |
Menilik kondisi Lombok Utara saat ini, khususnya mata air dan kelestarian hutan, Djohan mengungkapkan Lombok Utara tidak terlepas dari ancaman kekeringan. Dari sekitar lebih dari 500 mata air yang dulunya ada (sekitar tahun 2000), kini (sebelum 2018) hanya tersisa sekitar 200 mata air, itu pun dalam kondisi sekarat.
"Mata air kita sudah berkurang jauh, bahkan sejak sebelum gempa, kita dalam ancaman kekeringan," tegas Djohan.
Secara khusus, dalam wejangannya sebagai Pembina Pawang Rinjani, Djohan Sjamsu menginstruksikan kepada komunitas tersebut agar tetap melakukan upaya-upaya penyelamatan mata air dan konservasi hutan sebagai langkah perlindungan.
"Saya yakin kalian bisa, saya minta anak-anak dan saudara-saudaraku tetap semangat melakukan kegiatan konservasi, jangan sampai daerah yang kita cintai ini seperti daerah-daerah lain yang dulunya subur namun saat ini menjadi kerontang," ujar Bupati Lombok Utara itu.
Penyerahan tanaman secara simbolis |
Sementara itu, salah satu pendiri Pawang Rinjani Sayyid Abdollah Alkaff, mengapresiasi eksistensi Pawang Rinjani sembari mengenang perjalanan awal komunitas rintisannya itu. Ia berpesan, konservasi yang dilakukan merupakan kegiatan mulia.
"Sedekah bukan cuma tentang materi, tapi dengan menanam kita sudah melakukan sedekah oksigen, sedekah air, investasi untuk kebutuhan dasar kehidupan," ujar pria yang akrab disapa Apink tersebut.
Ketua Pawang Rinjani periode 2021-2025 yang baru saja dilantik Juanka Juliantrop mengemukakan, langkah konservasi ke depan Pawang Rinjani tidak jauh berbeda, namun segalanya harus lebih baik. Dalam waktu dekat, Daulat Pohon 2021-2022 akan diresmikan di Desa Santong, Kayangan. Menilik Santong sebagai desa yang subur dan memiliki air melimpah. Namun kini Santong pun mengalami kekurangan air sehingga hal tersebut perlu diatasi segera.
"Santong merupakan gudang air, tapi sekarang Santong juga kekurangan, oleh karena itu, kita mulai dari Santong untuk menjaga hutan dan melindungi mata air agar visi kita KLU Swasembada Air dapat tercapai," ujar Juanka.
Suasana hangat saat kegiatan |
Di sisi lain, Santong merupakan aset terbesar KLU dan Provinsi NTB, pasalnya keanekaragaman hayati dan hutan dengan jumlah biodiversity terbesar di NTB adalah hutan Santong. Oleh karena itu, wajib untuk diatensi.
"Santong ini aset besar kita, hutan dengan jumlah biodiversity terbesar di NTB adalah di Santong, makanya tidak bisa kita abai terhadap ini," pungkasnya.
Kegiatan peringatan HUT bernuansa kekeluargaan tersebut berjalan hangat, dilanjutkan dengan presentasi program ke depan yang dilakukan Komando Lapangan Japra Saparindi yang nantinya dilaksanakan secara kolektif bersama Pokdarwis PAS Santong, dan beberapa lembaga lain.
Acara dihadiri berbagai undangan seperti Kasi Intel Kejari Mataram, Kepala Cabang Bank NTB Syariah Pemenang, Direktur Green Camp, Pokdarwis PAS Santong, Mata Kali, dan berbagai komunitas pecinta lingkungan lainnya. (sat)
0 Komentar