Penjenamaan Mandalika dan Interpretasinya
Oleh: Muh. Ardian Kurniawan
Opini, suarabumigora.com - Bagi masyarakat Sasak di Lombok, Mandalika adalah cerita legenda. Dikisahkan pada suatu masa, seorang putri raja yang ayu rupawan menjadi pujaan pangeran dari penjuru negeri. Putri yang ayu ini bernama Putri Mandalika (dalam versi yang lain disebutkan bahwa Mandalika adalah perempuan-raja). Karena kecantikannya, para putra raja berebut untuk mempersunting sang putri. Melihat bahwa perebutan ini akan berujung pada akhir yang tidak baik, Mandalika mengambil sikap. Sikap itu tegas dan jelas: ia tidak akan memilih siapa pun. Pada akhir kisah, Putri Mandalika membuang dirinya ke laut dan lenyap. Tidak lama setelah itu, muncul cacing laut (nyale) yang oleh masyarakat Sasak disebut sebagai jelmaan sang putri. Sebelum menghanyutkan dirinya ke laut, ada satu pesan yang disampaikan oleh Mandalika. Ia tidak ingin dirinya diperebutkan dan menjadi penyebab pertumpahan darah. Kira-kira, seperti itulah kisah Putri Mandalika diceritakan secara umum. Menurut riwayat, ada beberapa versi atas kisah ini, tetapi bukan itu yang akan menjadi topik tulisan ini.
Beragam penafsiran dari ahli dan pakar telah dilakukan untuk menggambarkan sosok Putri Mandalika dan kisahnya tersebut. Mandalika dikatakan sebagai sosok hero karena pengorbanannya menghentikan pertumpahan darah. Yunartini (2021) melihat dalam kisah Putri Mandalika hadir kesetaraan gender. Karhi (2021) mengupas nilai pendidikan karakter dari kisah Putri Mandalika. Sementara itu, Fajar (2018) menyoroti Putri Mandalika
sebagai perwujudan sosok ibu yang merawat dan mengayomi rakyat serta relevansinya dengan sosok Dewi Sri pada masyarakat agraris di Lombok. Tafsir-tafsir ini masih melihat Putri Mandalika sebagai kisahnya di masa lalu.
Sedikit bernostalgia, selain sebagai sosok putri cantik, Mandalika telah tumbuh dalam kognisi masyarakat Sasak sebagai dua maujud lain: stasiun radio dan pasar induk tradisional. Mandalika sampai dengan awal tahun 2000-an lebih dikenal sebagai nama stasiun radio dangdut yang cukup ternama di wilayah Lombok Tengah atau sebuah pasar induk yang menjadi pusat perbelanjaan masyarakat Lombok di kawasan Sweta, Cakranegara. Di era kejayaan radio atau saat pengaruh televisi belum semasif saat ini, Radio Mandalika adalah salah satu rujukan informasi masyarakat Sasak. Mandalika menjadi idola, persis seperti rakyat yang memuja putrinya. Dalam konteks ini, telah terjadi pemaknaan berbeda atas Mandalika. Roland Barthes, seorang tokoh semiotika menjelaskan bahwa tanda itu bisa bermakna denotasi dan konotasi. Jika mengacu pada pemaknaan Barthes, Mandalika yang berupa sosok seorang putri (denotasi) telah berubah menjadi pemaknaan baru, yaitu radio yang diidolakan dan digandrungi masyarakat (konotasi). Mandalika menyatukan masyarakat pendengarnya lewat transmisi siaran radio. Puncaknya, Radio Mandalika menjadi mitos sebagai rujukan untuk mendengarkan musik dangdut di Lombok.
Hal yang sama juga dirasakan pada kasus Mandalika sebagai pasar induk tradisional. Pasar merupakan tempat berinteraksinya para penjual dan pembeli dengan berbagai hajat dan keperluan. Ini sesuai dengan Mandalika yang menjadi sosok ratu atau ibu yang mengayomi dan merawat kebutuhan rakyatnya. Pasar bukan lagi hanya sebatas lokasi interaksi, tetapi juga sebagai konotasi atas sosok Mandalika yang menyatukan kebutuhan rakyat. Atas dasar sebagai pusat perbelanjaan tradisional pada masa itu dengan harga yang lebih murah dan barang yang lebih lengkap, Pasar Mandalika menjadi pasar teramai yang dikunjungi oleh masyarakat Lombok. Pasar Mandalika hadir sebagai mitos pusat perbelanjaan tradisional masyarakat Sasak di Lombok.
Kondisi ini akan jauh berbeda jika dilihat pada situasi saat ini karena informasi dan hiburan bisa didapatkan masyarakat di platform lain selain radio. Demikian juga dengan kehadiran pasar modern dan pasar digital yang menggeser posisi pasar tradisional.
Mandalika dan Tafsirnya Saat Ini
Tidak salah kiranya jika menyatakan bahwa kisah Mandalika adalah kisah yang paling produktif untuk dikupas dan dimaknai ulang. Kisah Putri Mandalika telah dialihwahanakan dalam berbagai wujud, seperti puisi, drama, cerpen, film (pendek), atau lagu. Bukan tanpa alasan pula pemerintah menggunakan penjenamaan Mandalika sebagai label kegiatan. Mandalika yang multitafsir ini hadir dengan sifat-sifat positifnya. Sifat-sifat positif ini coba dimanifestasikan oleh pemerintah untuk menampilkan wajah Lombok dan juga wajah Indonesia di hadapan masyarakat dunia. Mandalika yang baik, penyayang, cinta damai, humanis, dan menjunjung sportivitas akan menjamu para tamu yang datang berkunjung ke sini. Bahkan, pemerintah NTB tampaknya telah membaca gelagat ini dengan baik. Inilah yang membuat penjenamaan (brand) Mandalika begitu kuat di Lombok. Mandalika sudah bukan lagi tentang sosok putri raja yang cantik jelita. Mandalika telah hadir dengan berbagai wujud yang berbeda.
Melihat Mandalika saat ini, kita hanya akan menyaksikan ketakjuban. Kawasan pantai yang semula jauh dari sorotan media, dalam sepuluh tahun terakhir ini telah bermetamorfosis. Tahun 2014 telah diresmikan kawasan ekonomi khusus oleh pemerintah di Lombok yang dinamai “Mandalika” (KEK Mandalika). Sebagaimana dinyatakan oleh www.kek.go.id sebagai laman resmi pemerintah, “Kawasan ekonomi khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi dengan manfaat perekonomian tertentu.” Tujuan utamanya adalah menciptakan pertumbuhan ekonomi, memetakan pembangunan, dan meningkatkan daya saing bangsa. KEK Mandalika merupakan KEK yang kegiatan utamanya pada sektor pariwisata. KEK Mandalika meliputi wilayah pantai selatan Lombok, tepatnya sepanjang Pantai Seger, Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan, dan sekitarnya.
Sebagai KEK pariwisata, KEK Mandalika bertumbuh menjadi salah satu pusat wisata halal di Lombok. Bukan hanya hotel, resto, dan travel yang didirikan, di tengah-tengah kawasan tersebut, hadir juga masjid dengan arsitektur rumah adat Lombok yang megah untuk mencitrakan pariwisata halal di kawasan ini. Semua ini akan membawa ingatan kita pada sosok Putri Mandalika yang cantik dan anggun. KEK Mandalika disolek menyerupai Mandalika yang anggun tersebut. Tampaknya, pemilihan KEK Mandalika di daerah yang menjadi latar kisah Putri Mandalika bukan suatu kebetulan. Ini mengingatkan kita pada cita-cita Putri Mandalika yang ingin menyatukan rakyat. Bedanya, Mandalika saat ini ingin menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang dalam bingkai pariwisata.
Penjenamaan Mandalika tidak berakhir sampai di sini. Di kawasan KEK Mandalika, dibangun pula lintasan balap kelas dunia. Dan penjenamaan untuk sirkuit ini adalah Sirkuit Mandalika. Telah dikonfirmasi akan ada dua balapan yang akan mengambil tempat di sirkuit ini, yaitu World Superbike 2021 dan MotoGP 2022. November ini, lintasan ini akan menjadi saksi aksi adu balap para pengendara superbike dunia dalam tajuk World SBK 2021. Tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi masyarakat Lombok dan Indonesia yang sirkuitnya dijadikan sebagai seri penutup balap motor kelas dunia ini. Hadirnya sirkuit ini pun masih memiliki relevansi dengan Putri Mandalika, yaitu semangatnya untuk menjunjung sportivitas. Putri Mandalika tidak ingin diperebutkan, dia ingin menghimpun orang untuk hadir merayakan kebahagiaan bersama-sama. Seperti ritual adat Bau Nyale yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat Lombok, semoga ajang balap di Sirkuit Mandalika juga akan menjadi acara yang ditunggu-tunggu dan dirayakan perhelatannya untuk kebahagiaan dengan semangat sportivitas yang tinggi.
*Penulis adalah dosen, sekarang menempuh Pendidikan Doktor di Universitas Pendidikan Indonesia
0 Komentar