Prosesi gawe adat Menyunat |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Masyarakat Lombok Utara mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan adat dan budaya, salah satunya gawe Menyunat yang dilaksanakan di Medana, Kecamatan Tanjung, Senin (11/10/2021). Hal ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan bertajuk "Karya Agung Dayan Gunung" yang diselenggarakan sepanjang Oktober ini. Demikian diungkapkan Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Lombok Utara Ainal Yakin.
Menurutnya, diselenggarakannya gawe adat Menyunat merupakan upaya Pemerintah Daerah guna mempromosikan wisata yang berupa destinasi budaya. Tak hanya itu, terselenggaranya kegiatan tersebut sekaligus menyatakan kepada khalayak pariwisata bahwa wisata Lombok Utara masih aktif dan siap dikunjungi kembali. Output yang diharapkan nantinya hal ini bisa dijadikan salah satu referensi destinasi untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara.
"Jadi, ini sudah terlaksana, ini merupakan bagian dari kegiatan kita yang disuguhkan kepada masyarakat. Ini memang berbasis masyarakat, tetapi kita hanya mendukung. Pada akhirnya nanti kita ingin kegiatan budaya ini dapat menjadi kekuatan pariwisata kita," ungkapnya.
Melihat lebih jauh, tradisi menyunat ini adalah budaya yang tumbuh di masyarakat. Idealnya, perlu dipublis keluar agar diketahui oleh masyarakat luas. Pihak Disparekraf KLU juga menginstruksikan Bagian Promosi pada dinas tersebut agar bisa menginventarisir semua kegiatan-kegiatan masyarakat yang berbasis budaya, adat, religi dan kearifan lokal.
"Melalui kegiatan kegiatan ini, kita akan tetap mengadakan kegiatan kegiatan kebudayaan untuk membangkitkan pariwisata kita. Karena budaya ini sangat penting untuk pariwisata," jelasnya.
Sebelumnya, Dispar KLU juga telah mendukung kegiatan masyarakat lainnya yaitu Mandi Safar di Gili Meno. Selain giat Mandi Safar dan Menyunat, masih ada HK Endurance Challenge, Merowah Banggaran, Ngasuh Gumi, dan yang terakhir dan puncak kegiatan yaitu Maulid Adat Bayan. Enam kegiatan tersebut diselenggarakan di lokasi dan tempat berbeda diniatkan agar bisa menarik minat wisatawan secara luas.
"Kegiatan ini menjadi sebuah harapan besar kita, untuk promosi dalam rangka menepis kabar angin yang menyatakan pariwisata kita mati," tegasnya.
Sementara itu, Raden Prawangsa Jaya Ningrat selaku Mangku Bajang menjelaskan, dalam prosesi menyunat ini ada berbagai proses. Pertama berendam, jadi yang akan di sunat tersebut harus berendam di sungai atau di laut, karena itu merupakan tradisi. Setelahnya, pada malam hari dilakukan pembacaan naskah kuno sampai dini hari hingga pukul 2-3 dini hari.
"Di hari kedua, dilakukan arak arakan, ini bermakna bahwa anak dikasih tahu kepada orang luas, bahwa anaknya sudah mengalami transisi usia, jadi itu simbol notifikasi, Setelah itu baru naik ke Berugak Kekelat (saung) untuk disunat (dikhitan)," pungkasnya. (sat)
0 Komentar