Massa AMPERA, saat aksi menolak rencana kedatangan HRS ke NTB |
Mataram, suarabumigora.com - Rencana kedatangan Muhammad Riziq Shihab, atau yang lebih dikenal Habib Riziq Shihab (HRS) ke NTB ditolak sekitar 60-an aktivis Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Peduli Masyarakat (Ampera) dengan demo di Simpang Lima Lingkar Selatan (SLLS) Mataram, tadi pagi Rabu, (2/12/2020) sekitar pukul 10.00 Wita. Aksi usai hujan yang berlangsung sekitar satu jam dengan Proges Covid-19 ini mengelilingi tugu SLLS menarik perhatian para pengendara karena berada di tempat strategis.
Korlap aksi, Kusnadi Unying menyatakan beberapa poin penolakan HRS dan revolusi ahlak. Menurutnya penolakan ini karena didasarkan selama ini masyarakat NTB hidup harmoni dan jangan sampai terpecah belah.
‘’Penyambutan HRS oleh para pendukungnya tidak menerapkan protokol kesehatan dan ini sangat bertentangan dengan usaha pemerintah dalam mencegah Covid-19,’’ katanya.
Para aktivis bergantian berorasi antara lain menyebutkan HRS mengusung konsep revolusi akhlak yang dinilainya bertujuan menyebarkan kebencian di masyarakat dan memicu konflik disetiap kegiatan.
‘’Oleh sebab itu, kami menolak kedatangan HRS di bumi seribu masjid ini karena kita sudah hidup rukun dan aman,’’ ungkapnya.
Alasan lain dikemukakan menolak HRS bukan berarti benci habib dan ulama. Namun menolak jika ada oknum-oknum yang bertujuan menghancurkan persatuan.
‘’Namun kami sangat menolak jika ada pihak yang berusaha menghancurkan persatuan, kami tetap sangat mencintai habib dan ulama yang menyejukkan,’’ tandasnya.
Tujuan aksi damai ini menurut Korlap adalah menolak segala bentuk provokasi.
‘’Kita sudah hidup damai antar umat beragama dan tidak perlu diadu domba dan dipecah belah,’’ urainya.
Apalagi NTB memiliki ulama-ulama yang kompatibel dan tentu sangat menyejukkan dan meningkatkan persatuan masyarakat NTB. Oleh sebab itu, mereka menolak dengan keras rencana kedatangan HRS ke NTB.
‘’Kami pemuda NTB menghadang kapanpun HRS datang ke NTB karena merupakan ulama yang tidak jelas dan hanya bisa memprovokasi masyarakat,’’ ujarnya.
Aksi yang dikawal oleh aparat Polresta Mataram ini berjalan lancar. Aktivis Ampera juga menyatakan di NTB telah hidup damai dan rukun sejak dahulu sehingga mereka memandang buat apa lagi HRS datang ke NTB jika hanya memecah belah masyarakat. Masyarakat antar umat beragama di NTB telah damai dan tidak memerlukan HRS karena HRS dinilai mengancam keutuhan NKRI.
Demo in juga menurutnya merupakan perjuangan hari ini untuk 5-10 tahun kedepan yaitu menjaga keutuhan bangsa dan negara dari pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan terutama menghina Pancasila.
‘’Kita berjuang agar anak cucu kita tetap bersatu sampai kapanpun,’’ tandasnya. (cnk)
9 Komentar
Ngakunya Islam tapi kalau urusan hina ulama paling depan. Munafik sekali. Itu juga dipasar banyak orang kumpul tidak memperdulikan protokol covid 19 adem aja. Giliran Habaib Dateng bacot aja gede nolak nolak .
BalasHapusPasar adalah keadaan darurat, bahkan ketika tidak dibolehkan solat dimasjid sbelum new normal, pasarpun tetap diperbolehkan, karna pasar adalah kebutuhan darurat bgi manusia,
HapusWah itu juga kerumunan,, tidak jaga jarakkk,,,,
BalasHapusItu juga kerumunan pak tangkap tangkap
BalasHapusPire gamaq siqm pade tbayah.?
BalasHapusMahasiswa mana itu ??? Yakin mahasiswa gitu rupanya? Nama aliansinya juga baru denger, kyknya Aliansi demo bayaran dh ini
BalasHapusSai Jak demo tie maeh duel sekek2 basong jamak
BalasHapus‘’Penyambutan HRS oleh para pendukungnya tidak menerapkan protokol kesehatan dan ini sangat bertentangan dengan usaha pemerintah dalam mencegah Covid-19,’’ katanya.
BalasHapusKalo kata Bob Marley "Siapa Anda menunjuk-nunjuk saya? Lihat dulu tangan Anda, sudah bersih atau masih kotor?"
Media apa ini...??
BalasHapusMahasiswa mana..??
Sebelum upload, kita butuh kejelasan 😂