Oleh: Tuan Guru Abdullah Zulfa
(Biro Agama dan Dakwah DPW Syarikat Islam NTB)
Segala puji hanya milik Allah yang mencinta tanpa batas dan pamrih kepada hambanya. Salawat disertai salam teruntai kepada Nabi yang hadir untuk menebarkan kasih sayang dan kedamaian.
Saudaraku seiman dan seperjuangan,
jika sudah selesai menunaikan solat Ashar maka mulailah tercium bau-bau sedap yang melayang terbawa angin dari jendela dapur. Perut yang tadinya berbunyi meraung-raung sejak menjelang Dzuhur, sudah mulai jinak dengannya.
Mata yang sayu, badan yang menjadi agak lemas seketika bergairah untuk diajak menyelesaikan segala macam bentuk aktivitas. Tepat sekali petikan informasi yang disampaikan Abu Hurairah di dalam Sahih Bukhari bahwa junjungan Nabi Saw mengatakan "bagi yang berpuasa ada dua kebahagiaan, bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika menemui Tuhan karena puasanya".
Puasa memberitahukan kita dengan bahasa tanpa suara, tanpa kata dan tulisan bahwa manusia seiman bagaikan satu tubuh. Coba perhatikan bagaimana satu dari anggota badan kita; perut yang tidak terisi mengakibatkan anggota badan yang lainnya menjadi lemah, hidung yang mencium bau masakan yang disiapkan untuk berbuka membuat anggota badan yang lain bergairah dan bugar kembali.
Di tengah-tengah suasana pagebluk dan puasa ini, seyogyanya rasa persaudaraan antara sesama mukmin semakin kuat karena pagebluk hadir untuk menyerang kesehatan jasmani, sedangkan puasa hadir untuk menyehatkan jasmani dan rohani.
Sehingga walau bagaimanapun wabah menyerang atau menjangkiti saudara kita, seharusnya kita tidak membully, mencemooh, mengucilkan karena mereka adalah saudara kita dalam Islam dan mereka adalah orang yang harus kita kasihi dan sayangi. Bukankah Alqur'an telah memberitahukan "sesungguhnya mukminin itu bersaudara, maka damaikanlah antara saudara-saudaramu. Bertakwalah supaya kamu dirahmati" (QS: Al-Hujurat, ayat 10)
Nabi kita juga memberikan maklumat sekaligus doktrin dalam Sahih Muslim bahwa "umpanya mukminin dalam kasih sayangnya bagaikan badan yang satu jika salah satu anggota badan ditimpa penyakit maka yang lainnya ikut tidak bisa istirahat".
Oleh karena itu mulailah stop membully, stop mengucilkan karena itu bisa menyia-nyiakan lelah kita menahan lapar dari pagi sampai petang.
Saatnya saling mengasihi, saling menyantuni. Time to care each other has been coming, jangan sia-siakan moment Ramadhan yang mana memberi orang yang puasa berbuka walaupun dengan sebiji kurma atau seteguk air, akan diberikan ganjaran sebagaimana orang yang berpuasa tersebut. Tidak sampai di situ, janji yang diberikan oleh manusia paling terpercaya sedunia, Nabi kita melanjutkan bahwa mengenyangkan orang yang berpuasa akan menjadi penghapus dosa-dosa yang telah lampau. (lws)
0 Komentar