Nenek Iyah sedang memperlihatkan udang vaname di tambak |
Bendahara kelompok tani udang vaname Krakas, Meiniawati, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai biaya operasional dan pemeliharaan udang vaname tersebut. Ia menyatakan untuk pembelian pulsa listrik rata-rata menghabiskan biaya Rp 50.000 per hari, sebelumnya pihak Pemda Lombok Utara telah menanggulangi biaya listrik untuk tambak tersebut selama satu bulan, namun saat ini sudah lebih dari satu bulan, dan kelompok harus menanggungnya secara swadaya.
"Sebulan ditanggulangi pemda, namun sekrang kami harus swadaya, kami hanya mampu urunan sebesar Rp 10.000 per minggu, kami pun tidak berani menaikkan tarif memperhatikan kondisi ekonomi kelompok. Dengan jumlah anggota kelompok yang hanya tinggal 27 orang kami kesusahan untuk memenuhi kebutuhan itu," jelas wanita yang akrab disapa Nia itu.
Biaya listrik yang rata-rata mencapai Rp 1,5 juta perbulan dianggap sangat berat bagi kelompok yang notabenenya hanya mampu meraup sejumlah Rp 1.080.000 dari hasil urunan 27 orang anggota kelompok.
Selain itu pakan yang digratiskan pemerintah sejumlah satu Ton (40 sak) hanya bersisa sekitar 11 sak, dengan pemakaian rata-rata 1 sak per hari, artinya hanya akan bertahan 11 hari ke depan, sementara waktu panen masih sekitar 45-50 hari lagi. Dengan harga pakan lebih dari Rp 380.000 per sak, Nia menyatakan pesimis untuk bisa panen udang tepat waktu dengan bobot rata-rata udang saat panen 10 Gram, Ia kawatir akan melakukan panen dini melihat kemampuan finansial kelompok yang memang minim.
Meiniawati, Bendahara Poktan udang vaname Krakas |
Papuk (Nenek) Iyah, selaku anggota kelompok juga memaparkan, sebelumnya kelompok mereka sempat panen di akhir Februari lalu, namun hanya tiga kolam yang terisi saat itu. Menurutnya udang yang di panen hanya mendapatkan sekitar 60 KG dari tiga kolam tersebut, dan hasil panennya juga digunakan untuk biaya operasional.
"Kami sempat panen tiga kolam, hanya dapat 60 KG kurang lebih, dan uangnya untuk menunjang operasional kelompok, hasilnya kami bagi sama-sama Rp 200.000 dan sisanya untuk operasional," jelas wanita berusia senja itu.
Selain operasional, kelompok tani udang vaname Krakas juga merasa kebingungan mengenai arah pemasaran udang tersebut, diketahui selama ini mereka menjual udang secara eceran dan beberapa kepada pengepul ikan kecil di seputaran Krakas. Mereka merasa perlu bantuan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, untuk pemasaran agar lebih efektif. Pasalnya jika melakukan panen, mereka harus panen serentak dalam satu kolam.
"Pemasaran juga menjadi kendala kami, mohon bantuan pemerintah, kalau kami ecer begini tidak bisa maksimal karena panen itu paling tidak harus serentak satu kolam, makanya sisanya kemarin juga banyak yang kami konsumsi sendiri," jelas Nia kepada media, Senin (9/3/2020). (sat)
0 Komentar