Ilustrasi Sun Princess |
Oleh :
Lalu Gita Ariadi
(Kadis PM-PTSP NTB)
Persinggahan kapal pesiar (cruise) Sun Princess di Dermaga Gili Mas tanggal 5 November 2019 lalu, bagi penulis merupakan mimpi yang jadi nyata. Pertama, ketika ikut melakukan peletakan batu pertama mewakili Gubernur NTB (13 TGB) tanggal 22 Desember 2016, maket indah pembangunan Gili Mas seakan mimpi karena akan menyulap pantai yg biasa-biasa saja menjadi dermaga yg kelak akan luar biasa manfaatnya.
Kedua, bersandarnya Sun Princess di depan Gili Mas seakan mengingatkan mimpi ketika menyaksikan dari dekat Miami Bay / Miami Port yg penuh dengan kapal pesiar ukuran raksasa. Waktu itu penulis bertanya dalam hati kapan Pelabuhan Lembar seperti Miami port disandari kapal-kapal pesiar ukuran raksasa ? Waktu itu Pelabuhan Lembar masih sederhana, bisa jadi waktu itu masih belum memiliki ISPS (International Ship and Port Security) kode sebagai syarat penting persinggahan kapal pesiar.
Waktu itu dan beberapa saat kemudian sebelum Gili Mas terbangun, kalaulah Pelabuhan Lembar di singgahi kapal pesiar, ukurannya kecil, kapasitas angkut penumpang di bawah seribu. Ketika lebih dari seribu orang, lego jangkar di tengah laut tidak bisa merapat ke dermaga. Penumpang di transfer menggunakan sekoci dari kapal pesiar ke darat.
Mimpi di Miami
Sembilan tahun lalu, tepatnya 15 - 18 Maret 2010, penulis bersama Kepala BPPD NTB - Awanadi Aswinabawa dan rombongan Dirjen Pemasaran Kemenparekraf - Dr. Sapta Nirwandar, mengikuti Seatrade Cruise Shipping Miami ( SCSM ) Florida USA. SCSM yang diselenggarakan di Miami Bay Convention Centre ini termasuk pameran industri kapal pesiar terbesar di dunia. Diperkirakan lebih dari 11.000 pengunjung hadir, alebih dari 1000 cruise line owners / operators.
Seribuan lebih exhebitor Hulu Hilir industri kapal pesiar dunia ambil bagian menyajikan informasi Industri galangan kapal pesiar, industri property keamanan dan kenyaman kapal pesiar, travel agent, penjual produk kuliner kapal pesiar, hingga busana, tas, sepatu, asesoris berwisata kapal pesiar semua ada.
Stand Indonesia hadir di antara lebih dari 120 negara peserta yang merupakan kantong wisatawan kapal pesiar. Indonesia menampilkan 6 booth dengan 2 ikon besar. Pertama, Departemen Perhubungan bersama Pelindo ( BUMN ) menampilkan informasi dermaga-dermaga di Indonesia yang bisa disinggahi kapal pesiar berikut fasilitasnya. Kedua, Departemen Parekraf dan Pemda terpilih menyajikan destinasi utama di Indonesia yang memiliki exotica alam budaya dan dermaga yang layak disinggahi.
Nusa Tenggara Barat yang kala itu gencar mempromosikan "Visit Lombok Sumbawa ( VLS ) 2012" hadir mempromosikan berbagai destinasi andalan dengan menawarkan Pelabuhan Lembar sebagai tempat persinggahan kapal pesiar.
Karena VLS 2012, ada target kuantitatif sejuta wisatawan harus datang ke NTB, maka terpikir bahwa selain mendatangkan wisatawan dengan moda transportasi udara (BIL dalam proses pembangunan) perlu juga diinisiasi kedatangan gelombang wisatawan mancanegara menggunakan moda transportasi laut. Karenanya, berburu kapal pesiar adalah keniscayaan sehingga diterimalah proposal NTB untuk mengikuti SCSM di Miami itu.
Mimpi menjadikan Lombok sebagai salah satu "Cruise Marquee Destination" (destinasi wisata kapal pesiar utama) di Indonesia terus membuncah. Sebelumnya 5 besar destinasi utama Indonesia tujuan kapal pesiar adalah Pelabuhan Belawan Medan, Tanjung Priok Jakarta , Tanjung Mas Semarang, Tanjung Perak Surabaya dan Padang Bai Bali.
Meski Lombok memiliki koleksi atraksi dan obyek wisata yg komplit, namun kondisi pelabuhan lembar yang sederhana, belum memiliki ISPS Code maka Kapal-kapal pesiar raksasa masih enggan singgahi Pelabuhan Lembar.
Ikhtiar menjadikan Lombok sebagai destinasi kapal pesiar dan Pelabuhan Lembar sebagai tempat persinggahan kapal pesiar raksasa di garap intens, berkoordinasi dengan stakeholder terkait.
Perlahan namun pasti, kapal-kapal pesiar ukuran besar mulai berdatangan. Tahun 2009 dan seterusnya Pelabuhan Lembar mulai disinggahi Rapshody of the sea (Royal Caribbean), Pacific Sun (Carnival), The World, Princess Cruise, Rotherdaam dan lain-lain. Dengan positioning Lombok sebagai destinasi kapal pesiar yang kian kuat, pernah tercatat kunjungan 35-40calls setiap tahunnya.
Secara ekonomi, sekali persinggahan kapal pesiar yang menurunkan penumpang dua sampai tiga ribuan orang, butuh alat transportasi yang banyak menuju destinasi. Restorant, art shop, art centre dan sentra kerajinan kebanjiran order.
Wisata kapal pesiar memang tidak memberi dampak langsung ke pengusaha akomodasi/perhotelan karena wisatawan tidak menginap. Wisatawan setelah melakukan one day tour, balik lagi ke cruise.
Tapi tentu tidak ada yang sia-sia. Boleh jadi kali ini wisatawan kapal pesiar, suatu saat akan jadi wisatawan repeater yang tidak nginap di cruise tapi mencari kamar-kamar hotel.
Success story ini tidak dipandang sebelah mata. Bahkan menginspirasi jajaran PT Pelindo III untuk meningkatkan kapasitas dan fasilitas Pelabuhan Lembar dengan membangun Dermaga Gili Mas untuk melayani kebutuhan persinggahan kapal pesiar, kapal kontainer maupun kapal PELNI dan Kapal Swasta bertonase besar untuk melayani arus penumpang/barang dari dan ke lombok NTB.
Khusus untuk kepentingan kapal pesiar, Gili mas kedepan harus bisa menjadi pelabuhan yang bukan hanya sekedar tempat turun naik penumpang, akan tetapi harus bisa menjadi turn around port sekaligus bisa memberi kenyamanan yg maksimal bagi penumpang cruise yang singgah.
Di Miami port fasilitas ruang tunggu maupun CIQ (Custom, Immigration, Quarantine) nya tidak kalah kualitasnya dengan fasilitas di Bandara internasional.
Semoga seperti janji Dirut PT Pelindo III, ke depan Dermaga Gili Mas dirancang sebagai destinasi wisata unggulan dengan menyiapkan hotel, sea side walk, amphitheatre, marina yacht, shopping centre, fasilitas pendukung marina juga welcome gate berarsitektur lokal. Jangan lupa fasilitas terminal kedatangan dan keberangkatan, CIQ Gili Mas tidak boleh kalah dengan fasilitas yang ada di BIL misalnya. Selain investasi internal PT Pelindo III, tentu ini merupakan peluang investor baik swasta lokal maupun nasional nimbrung memsnfaatkan potensi ekonomi yang tercipta di Dermaga Gili Mas. Bila fasilitas-fasilitas itu sudah lengkap terbangun maka mimpi-mimpi indah tentang Miami bay benar-benar akan mewujud nyata di Dermaga Gili Mas.
Kalaulah masih ada mimpi, betapa kini kita sedang bermimpi ingin saksikan Tahun 2021 dan seterusnya gelombang wisatawan berdatangan dari BIL menyaksikan MotoGP. Juga datang bergelombang dari kapal-kapal pesiar ukuran raksasa yang bersandar di Gili Mas. Bila ini terwujud, insyaallah 2021, 2022, 2023 adalah tahun-tahun emas kebangkitan ekonomi NTB.
Sungguh, tak akan pernah ada Langkah-lagkah raksasa bila tidak berani di awali dengan langkah-langkah kecil dan langkah pertama. Meski lamban namun tetaplah bergerak pasti. (*)
0 Komentar