Kegiatan perkemahan PRB |
Lombok Tengah, suarabumigora.com - Puncak pelaksanaan kegiatan Hari Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Internasional di camping ground Geosamalas Tanak beak Lombok Tengah berlangsung hidmat dengan berbagai rangkaian kegiatan untuk memeriahkan acara yang bertempat di lapangan Pecatu Desa Tanak Beak, Minggu (13/10).
Ketua Pokja geowisata Samalas Tanak beak Indra Cahyadi menginisiasi kegiatan bertajuk kemah hijau sahabat bumi. ia menyampaikan kegiatan ini diawali dengan penyampaian DED bentuk pengembangan wisata yang dikembangkan di desa Tanak beak dengan mengundang seluruh lembaga desa, perangkat kewilayahan, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat, penggerak wisata. Dengan menghadirkan Disparbud kabupaten dan provinsi, DLHK, ESDM, BPBD sekaligus sebagai narasumber kegiatan tersebut.
Kegiatan kemah berlangsung selama tiga hari dua malam, tepat Jumat siang 14.00 para peserta kemah yang berasal dari beberapa sekolah yang ada di desa Tanak beak kecamatan Batukliang Utara dan beberapa perwakilan dari sekolah kec. Batukliang dan pringgarata.
Suasana perkemahan |
“Antusias peserta dengan penuh semangat mengikuti berbagai kegiatan seni dan attraksi yang mereka tampilkan, mulai dari seni tari, ketangkasan dalam permainan tradisional dan kekompakan dan disiplin,’’ jelas Indra saat ditemui media di lokasi acara.
Malam pertama terasa lengkap dengan keberadaan anak-anak Pramuka yang ceria, kehadiran peserta kemah pada malam berikutnya dari asosiasi bank sampah Lombok tengah dan Lombok barat, termasuk beberapa Pokdarwis Tastura Lombok Tengah dan perwakilan PMI ikut menyemarakkan kegiatan ini, tidak lupa dari IAGI, Geopark Rinjani, Bapedda Provinsi dan LHK.
Kegiatan tersebut diisi dengan talk show, salah seorang narasumber dari IAGI, Iwan, menyampaikan tentang mitigasi kebencanaan, pentingnya menjaga kelestarian alam untuk keberlangsungan hidup manusia di Bumi. selanjutnya tentang program zero waste NTB bebas sampah tahun 2023 disampaikan oleh pihak DLHK dan Syawaludin Direktur Bank sampah di NTB menyampaikan tentang pengelolaan sampah yang kreatif mulai dari diri pribadi, rumah dan lingkungan menjadi pembelajaran berharga bagi peserta dan masyarakat yang hadir pada malam harinya.
Dengan di arahkan oleh pembina dan pendamping dari sekolah masing-masing, kegiatan ini semakin menjadi unik ketika menampilkan permainan tradisional. permainan yang dalam pengetahuan anak-anak sekarang jarang bahkan tidak pernah dimainkan kecuali orang tua mereka dulu. Bermain sungklit, bermain benteng, selodoran, seni musik cungklik, main loncat Osok, presean dan lainnya.
Pagi terlihat begitu ramai saat musik senam kebugaran menunggu peserta kemah satu persatu berkumpul menyambung barisan menyambut matahari terbit di atas tenda mereka. Sebagai akhir kegiatan kemah semua peserta yang hadir sebagai bentuk nyata berbuat untuk alam secara serentak melakukan penanaman seribu pohon untuk konservasi dan menjaga sumber air yang ada untuk kehidupan. (lws)
0 Komentar