Dedi Harianto, saat mengikuti pelatihan menulis yang digelar Diskominfo KLU. |
Lombok Utara, suarabumigora.com - Ada kisah inspiratif yang tersirat pada pelatihan menulis yang digelar Diskominfo KLU, Rabu (24/7/2019) kemarin. Pasalnya ada seorang peserta secara fisik terlihat berbeda dari peserta lainnya. Dedi Harianto, satu-satunya peserta difabel yang ikut dalam pelatihan tersrbut. Meski demikian Dedi tak kalah semangat dari peserta lain.
Pria difabel kelahiran Lombok Barat 29 tahun lalu yang sudah tercatat sebagai warga Lombok Utara ini , kini berdomisili di dusun Dasan Banjur, desa Rempek, Kayangan. Meski jarak tempat tinggal dengan lokasi pelatihan cukup jauh, ia bersemangat untuk tetap memperluas wawasan.
Ketika diwawancara, Dedi mengungkapkan pelatihan ini bukanlah satu-satunya pelatihan yang pernah diikutinya, sebelumnya ia mengikuti pelatihan pembuatan gerabah di Banyumulek, Lombok Barat, bahkan ia sempat mengikuti pelatihan hingga ke luar daerah tepatnya di Surakarta Solo beberapa tahun lalu.
Ia menyatakan banyak hal yang bisa dikerjakannya, mulai dari reparasi alat-alat elektronik, keahlian dalam pertukangan, hingga membuat gerabah. Ia juga dikenal sebagai pembuat sarung keris yang handal.
"Berbagai macam pelatihan yang saya ikuti telah menambah wawasan saya, dan akhirnya banyak hal yang bisa saya lakukan," jelas Dedi.
Dedi Harianto, saat diwawancara pihak Diskominfo KLU |
Sebelumnya ia sempat mengalami masa sulit saat Lombok Utara diterjang gempa 7,0 SR, Agustus 2018 silam. Ia menuturkan banyak alat-alat penunjang pekerjaannya hancur tertimpa reruntuhan, seperti alat bor, mesin serut dan alat elektronik lainnya. Hingga kini ia belum memiliki tempat khusus untuk bekerja.
"Saya harap pemerintah daerah bisa memberikan saya fasilitas untuk bekerja, saya sangat membutuhkan alat-alat yang kini sudah hancur ditimpa reruntuhan," tuturnya.
Ia termotivasi mengikuti pelatihan menulis agar bisa menuangkan harapannya bagi pemerintah melalui tulisan, entah ia akan tuliskan melalui surat ataupun media sosial.
Dedi menyatakan, ia bahkan lebih sering menerima orderan reparasi alat elektronik dari luar daerah, seperti beberapa pengeras suara dari berbagai masjid di Solo.
"Kalau di sini jarang, lebih banyak dari luar daerah, ada beberapa masjid di Solo, yang saya perbaiki alat pengeras suaranya," tambah Dedi.
Keterbatasan, tidak mengakibatkan Dedi terbatas saat berkarya, selain ahli dalam reparasi alat elektronik, pertukangan, ia juga ahli dalam membuat kerajinan tangan. (sat)
0 Komentar