Aktivitas Jalaluddin, seorang penjual rujak keliling di Mataram |
Mataram, suarabumigora.com - Tiada usaha yang sia-sia. Itulah tampaknya yang menjadi sugesti penyemangat dari seorang Jalaluddin. Laki-laki berusia sekitar 40 tahunan, dengan menanggung anggota keluarga satu istri dan tiga anaknya. Ia sehari-harinya berjualan rujak berkeliling Mataram dengan bersepeda gerobak miliknya.
"Kadang berhenti di tempat keramaian, perempatan atau tempat biasa mangkal sehari-hari mengayuh sepeda berjualan rujak. Seperti di sekitar Islamic Centre, Kampus Unram dan Museum di Seruni. Alhamdulillah ada saja rezeki untuk menafkahi keluarga," imbuhnya saat ditemui suarabumigora.com.
Saban hari berkisar jam 10 pagi, Jalal mulai berangkat mengayuh sepeda usaha rujaknya. Namun sebelumnya, pagi-pagi sekali ia atau istrinya ke pasar membeli kebutuhan gerobak rujaknya. Membeli buah-buahan dan bumbu serta adonan rempah-rempah pelengkap rujak.
Jalaluddin, sedang menjajakan rujak di jalan-jalan sekitaran Kota Mataram |
"Sebelum berjualan, istri berangkat ke pasar pagi-pagi untuk beli bahan. Kadang saya yang ke pasar. Kalau anak belum bisa kerja, karena masih kecil dan bersekolah. Setelah dari pasar, barulah saya berangkat jualan, pulangnya maghrib," tuturnya bercerita.
Jalal dan mungkin banyak pedagang rujak lainnya, kerap berkeliling mengayuh pedal sepeda dari rumah ke rumah, kemudian mangkal di tempat keramaian. Menunggu pembeli rujak dari pagi hingga petang.
Seperti penuturan Mahasiswa Semester IV FPMIPA Unram Linda, saat membeli rujak menyatakan membeli karena melihat ada gerobak rujak yang sering mangkal di Unram.
"Rujaknya segar. Bumbunya bisa milih pedas, agak pedas, dan pedas sekali," imbuhnya singkat.
Harga yang ditawarkan Jalal relatif sama dengan pedagang rujak lainnya yaitu 10 ribu per porsi. Ia berjualan dari belum menikah usia 20 tahunan hingga kini.
"Pertama berjualan dulunya dari harga seribu rupiah. Setelah dua pulah tahun, karena apa-apa naik, maka sekarang harganya 10 ribu per porsi," tandasnya.
Dengan berbekal jualan rujak, ia berjuang menafkahi keluarga serta menyekolahkan dua anaknya yang beranjak sekolah dasar. Sebenarnya Jalal sang pedagang rujak yang telah menekuni jualannya selama 20 tahunan itu, punya keahlian lain. Keahliannya ia dapatkan dulunya ketika ikut menjadi tukang bangunan.
"Kalau lagi ada pesanan memperbaiki rumah dan kasoh (bisa/sesuai, red), saya kerjakan bersama anggota tukang lainnya. Selesainya kembali sebagai pedagang rujak," ungkapnya.
Lamanya berjualan rujak, tak membuat Jalal patah arang, terus berusaha saban hari berkeliling di Mataram. Kendati tempat tinggalnya relatif jauh di Bajur Lombok Barat. Mengayuh pedal berjualan rujak dengan gerobak sepedanya, menggapai asa. Ia berharap kelak anaknya bisa terus bersekolah dan menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. (dyd)
0 Komentar